Deretan Artis, Selama kampanye politiknya mantan Presiden AS Donald Trump kerap menggunakan lagu-lagu populer untuk memeriahkan acara dan menggalang dukungan. Namun, tidak semua artis merasa nyaman dengan musik mereka digunakan dalam konteks politik, terutama oleh Trump. Sejumlah musisi ternama secara tegas menyatakan keberatan mereka dan meminta agar lagu-lagu mereka tidak digunakan oleh tim kampanye Trump.
The Rolling Stones
The Rolling Stones adalah salah satu band legendaris yang menentang keras penggunaan lagu mereka oleh Trump. Pada 2016, band ini meminta Trump untuk berhenti menggunakan lagu mereka seperti You Can’t Always Get What You Want selama kampanye. Meski telah diberi peringatan, Trump tetap menggunakan lagu tersebut, mendorong The Rolling Stones untuk mengambil langkah hukum.
Adele
Penyanyi dan penulis lagu asal Inggris, Adele, juga menolak penggunaan musiknya oleh Trump. Lagu-lagu seperti Rolling in the Deep dan Skyfall sempat dimainkan dalam kampanye Trump, namun Adele menyatakan bahwa ia tidak memberikan izin dan tidak mendukung Trump. Pernyataannya yang tegas mencerminkan sikapnya yang ingin menjaga netralitas dalam politik.
Neil Young
Neil Young, ikon rock Kanada, merupakan salah satu artis pertama yang secara terbuka menentang penggunaan musiknya oleh Trump. Lagu Rockin’ in the Free World yang dimainkan dalam pengumuman pencalonan Trump pada 2015 mendapat respons keras dari Young. Ia menyatakan bahwa Trump tidak memiliki izin untuk menggunakan lagu tersebut dan bahkan sempat mengajukan tuntutan hukum.
Rihanna
Rihanna, bintang pop global, juga termasuk dalam deretan artis yang tidak ingin lagunya digunakan dalam acara Trump. Setelah mengetahui bahwa lagunya Don’t Stop the Music diputar dalam salah satu rapat umum Trump pada 2018, Rihanna segera mengambil tindakan hukum. Ia menegaskan bahwa kampanye Trump tidak memiliki izin untuk menggunakan musiknya.
Queen
Band rock legendaris Queen juga bereaksi ketika lagu mereka We Are the Champions digunakan tanpa izin oleh Trump dalam Konvensi Nasional Partai Republik pada 2016. Anggota band tersebut menyatakan ketidaksenangan mereka atas penggunaan lagu tanpa izin dan menjelaskan bahwa musik mereka tidak seharusnya digunakan untuk kepentingan politik.
Bruce Springsteen
Bruce Springsteen, yang dikenal dengan sebutan The Boss, adalah musisi yang sangat vokal dalam politik. Springsteen, yang merupakan kritikus Trump, melarang penggunaan lagunya dalam kampanye Trump. Lagu-lagunya seperti Born in the U.S.A. menjadi sangat simbolis dan sering kali disalahgunakan dalam konteks yang tidak sesuai dengan pesan aslinya, sehingga Springsteen secara aktif melawan penggunaan musiknya untuk mendukung kampanye Trump.
Pharrell Williams
Pharrell Williams, penyanyi dan produser terkenal, mengambil sikap tegas setelah lagunya Happy dimainkan dalam rapat umum Trump beberapa jam setelah penembakan massal di Pittsburgh pada 2018. Williams mengirim surat peringatan hukum kepada Trump, menyatakan bahwa ia tidak memberikan izin dan tidak akan mengizinkan lagu tersebut digunakan dalam acara Trump.
Tom Petty
Mendiang Tom Petty adalah salah satu musisi yang juga menolak musiknya digunakan oleh Trump.
Linkin Park
Band rock Linkin Park mengajukan tuntutan hukum setelah mengetahui bahwa lagunya In the End digunakan dalam video kampanye Trump. Band ini dengan cepat menuntut penghapusan video tersebut dari media sosial dan menyatakan bahwa mereka tidak mendukung Trump atau kebijakan-kebijakannya.
Aerosmith
Steven Tyler dari Aerosmith beberapa kali meminta Trump berhenti menggunakan lagu-lagu Aerosmith seperti Dream On selama kampanye.
Kesimpulan
Deretan Artis, Penggunaan musik dalam kampanye politik memang dapat meningkatkan daya tarik dan semangat sebuah acara, namun juga bisa menimbulkan kontroversi, terutama ketika musik tersebut digunakan tanpa izin.